Pelatihan Budidaya Tanaman Bawang Merah Ramah Lingkungan dan Cita-Cita Para Petani Mustahik

Suasana pelatihan budidaya Brambang oleh Baznas

Pagi di Dukuh Tutup, Desa Cluntang, Kecamatan Musuk cuaca mendung, kabut meyelimuti lereng Gunung Merapi sebelah timur, aktivitas warga desa seperti biasanya. Mereka  berangkat ke ladang yang berada di lereng-lereng gunung, di balik bukit dengan berjalan kaki. Sesekali melintas motor-motor yang mengangkut pupuk kandang.Perempuan-perempuan dengan bersemangat menuju ladang-ladang penuh sayuran menghijau berselimutkan udara dingin khas pegunungan

Senin 22 Januari 2019, agenda kegiatan adalah pelatihan budidaya bercocok tanaman yang ramah lingkungan, khususnya budidaya Bawang Merah (Brambang)  yang melibatkan 27 peserta yang terdiri dari petani muda, petani perempuan dan calon mentor sekolah tani. Kegiatan ini sebenarnya dilatarbelakangi dari keresahan warga tentang budi daya bawang merah yang sudah pernah dilakukan sebelumnya di mana harga dari hasil panen selalu menurun harganya. Apalagi dengan cuaca yang cukup ekstrem di Desa Cluntang sering kali menjadikan gagal panen. Belum lagi kalau Gunung Merapi mengalami erupsi maka kondisi petani sangat memprihatinkan dan terpuruk.

Seperti pada Lebaran Idul Fitri tahun 2017, dikarenakan adanya  erupsi Merapi maka petani melakukan panen awal dan bersamaan, khawatir akan kena abu panas. Kemudian harga di pasaran, bawang merah menjadi Rp.9.500/kg. Para tengkulak yang datang ke Desa Cluntang membeli dengan harga Rp. 9000 sampai Rp. 10.000 sedangkan petani sudah membuat perhitungan kalau harga perkilo minimal Rp. 12.500 petani baru bisa mendapatkan laba. Hingga akhirnya para petani yang didamping SPEK-HAM menginisiasi membuat gerakan beli hasil petani Cluntang kepada para pejabat pemerintahan dari kepala OPD, rumah sakit, dunia pendidikan. “Kami mempaking bawang merah satu kiloan dengan harga Rp. 16.000 disertai label branding brambang sehat,”ujar salah seorang petani.

Pelatihan yang dilaksanakan dua hari ini 22 dan 24 Januari 2019, melibatkan 27 peserta dengan narasumber dari Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, narasumber inspiratif dari Poktan Utomo Jayan Cepogo dan juga dari Baznas Boyolali. Dari tahapan-tahapan pelatihan, masing-masing narasumber menyampaiakan materi yang cukup menarik seperti dari Baznas Boyolali memaparkan bagaimana program Zakat Community Development (ZCD) ini harus dijalankan dan bisa membuat peningkatan pada masyarakat khususnya keluarga mustahik (penerima zakat). Bagaimana kekuatan masyarakat dibangun dengan potensi dan kearifan lokal khususnya pertanian yang lebih ramah lingkungan. Begitupun dari Dinas Pertanian yang di sampaikan Bapak Suwaldi bersama Bapak Bambang dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Musuk tahapan tentang bertani yang mudah dan menyenangkan.

Semua bahan bisa diperoleh di lingkungan sendiri seperti pupuk kandang, kompos, urin, serta kerja-kerja kelompok yang meringankan sehngga menjadi kegiatan pertanian yang menyenangan. “Karena Allah sudah memberikan tanah yan subur yang perlu diolah dengan baik,”begitu paparan narasumber dari Potan Utomo Jayan, Bapak Widodo yang memberikan pengalamannya dalam mengolah tanaman Brambang dengan organik, proses panjang sampai mendapatkan serifikasi organic, dan akhirnya saat ini mendapatkan pasar expor di Belanda dan supermarket-supermarket  di Indonesia .

Pertanian, kearifan, perempuan, pemuda adalah faktor penting dalam pelatihan dua hari ini. Pertanian di mata para pemuda itu harus dilakukan dengan bahagia. Jiwa muda yang masing bersemangat untuk membangun desanya melalui pertanian, bisa dilakukan mengolah area wisata pertanian dan diharapkan para pemuda mampu mengelaborasikan dengan ektor pertanian yang ramah lingkungan.

Dari hasil kerja keras satu tahun ini ada salah satu petani muda yang bernama Solikin akan mengikuti magang kerja di Jepang selama tiga tahun dan hal ini tentunya diharapkan menginspirasi pemuda di Dukuh Tutup Cluntang yang berjumlah 34 orang. Begitu pun dengan perempuan muda yang selama ini hanya menjadi orang kedua dalam hal mengolah lahan. Memutuskan hal-hal penting dalam hal pertanian, dengan pelatihan ini ada peningkatan ketrampilan bercocok tanam yang ramah lingkungan , mampu bertani secara mandiri baik di kebun, halaman serta mampu memanfatakan ruang-ruang kosong dengan lebih produktif. Dengan dukungan dari Baznas pusat maka mimpi dan harapan warga masyarakat di Desa Cluntang bersama pendampingan dari SPEK-HAM akan bisa terwujud

Pelatihan ini tidak hanya menjadi pengetahuan yang berlalu begitu saja. Banyak rencana tindak lanjut yang  sudah dirancang yakni membangun pertanian yang ramah lingkungan dengan dimplot tanaman Brambang sehat non pestisida. Dan juga pertanian ujicoba satu hektar dari para anggota sebagai bentuk komitmen tindak lanjut, serta mengadvokasi peran Gapoktan Desa Cluntang sebagai wadah resmi kelompok tani menjadi tujuan berikutnya.  Apapun rencana dan cita-cita, para petani mustahik berharap pertanian akan terus berjalan dengan menanam, memanen dan memanfaatkan kesuburan dari berkah Gunung Merapi. (Sunoko)