Giatkan Kembali FKD
- 18
- Nov

Hal tersebut mengemuka dalam kegiatan Pertemuan Kelembagaan Kesehatan Tingkat Desa pada Selasa 15/9 di Balai Desa Tlogorandu, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Kegiatan yang terselenggara atas kerjasama antara SPEK-HAM, Yayasan IPAS Indonesia dan Pemerintah Desa Tlogorandu ini dihadiri oleh Perangkat Desa, Bidan Desa, BPD, Kader PKK, Kader Kesehatan, Kader Posyandu dan Karangtaruna.
Forum Kesehatan Desa (FKD) yang merupakan wadah partisipasi bagi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa. Dalam pertemuan ini sejumlah kader dan bidan desa mengagas agar FKD yang pernah terbentuk di desa ini giatkan kembali. Menurut Mudidati Ikrimah, Bidan Desa setempat menyatakan FKD bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Dia menambahkan fungi FKD ialah mengembangkan sistem kesehatan desa yang meliputi kegiatan gotong royong masyarakat, upaya kesehatan, pengamatan dan pemantauan kesehatan (surveling), dan pembiayan kesehatan, juga sebagai wadah untuk merumuskan dan memecahkan masalah kesehatan. Dasar hukum FKD tertuang dalam Kepmenkes RI No.1529/Menkes/SK/X/2010, tahun 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa/kelurahan Siaga Aktif.
Sementara itu PJ Lurah Tlogorandu, MS Yulianto menyatakan mendukung upaya-upaya digiatkannya kembali FKD, namun pihaknya meminta agar organisasi ini nantinya tidak hanya berjalan ditempat melainkan harus ada progress ke depannya untuk masyarakat. “Pada dasarnya saya mendukung kegiatan FKD, tetapi ya jangan dibentuk lalu ada pengurusnya selesai, sekali lagi saya mendorong adanya peran-peran konkret di tengah-tengah masyarakat”, ungkap Yuli. Pertemuan yang bertujuan unutk membangun dukungan dari lembaga-lembaga kesehatan tingkat desa terhadap implementasi program Peningkatan Kesehatan Perempuan Terintegrasi (PEKERTi) ini berhasil memetakan beberapa persoalan kesehatan di desa Tlogorandu, diantaranya masih dijumpai kasus keguguran sejumlah 5 kasus, ibu hami resiko tinggi 16 kasus (seperti: KEK, riwayat operasi Caesar, usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, hipertensi, dll). Henrico Fajar (Divisi Kesmas SPEK-HAM)