MEMBANGUN GERAKAN PEREMPUAN PEDESAAN YANG AKUNTABEL DAN BERKELANJUTAN
- 26
- Apr
Desa Musuk memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar dan ditunjang keberagaman penduduk terkait agama, budaya dan kearifan local yang saling berkorelasi. Menjadi sebuah modal untuk membangun masyarakat yang sejahtera.
SPEK-HAM melakukan pendampingan kepada masyarakat di Desa Musuk melalu strategi penguatan kelompok perempuan dan remaja serta advokasi mendorongkan adanya kebijakan pro perempuan. Penguatan kelompok melalui pemberdayaan di bidang ekonomi dan advokasi pemenuhan hak- hak dasar, mendorong para perempuan belajar dan praktek ekonomi kerakyatan seperti pertanian dan peternakan ramah lingkungan, serta belajar tentang perspektif perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam untuk mendukung gerakan terebut.
Dua kelompok perempuan di inisiasi SPEK-HAM sejak tahun 2012 yaitu KWT Rukun Makmur di Dukuh Pengkol dan KWT Sekar Putri Dukuh Karanglo Selatan Desa Musuk. Saat ini, kelompok yang terdiri dari 20 orang perempuan korban kekerasan maupun rentan menjadi korban kekerasan ini memulai proses-proses penguatan secara internal baik dalam ketrampilan managemen kelompok maupun ketrampilan dalam mengelola pengetahuan yang dimiliki anggota.
Beberapa catatan penting terkait strategi yang dilakukan di kelompok ini adalah memperkuat skill dan pengetahuan kelompok dengan melakukan praktik-praktik penguatan ekonomi melalui kegiatan program tanaman pekarangan, kebun bersama, koperasi dan toko bersama, serta usaha bersama produksi makanan olahan. Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan dengan sistem pendokumentasian yang baik.
Dalam kerangka memperluas dan membangun keberlanjutan program, kelompok ini mulai membangun dukungan program melalui kemitraan dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun dari sektor swasta.
Berbagai penguatan kapasitas pada anggota kelompok untuk membangun kemitraan strategis dilakukan bersama SPEK-HAM melalui sekolah komunitas rutin setiap bulan. Beberapa materi yang dibahas antara lain : advokasi anggaran desa; teknik lobi dan koordinasi dengan pengambil kebijakan; ketrampilan penyusunan proposal program. Tidak berhenti di tataran pengetahuan, kelompok perempuan juga diajak praktek membangun kemitraan strategis dengan berbagai pihak berawal dari sosialisasi dan pengenalan kepada OPD terkait yang ada di lingkup Kabupaten Boyolali.
- Februari 2017 loby dan berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali. Membuahkan hasil program pengadaan sarana prasarana untuk Posyandu Kambing berupa timbangan digital.
- Juli 2017 melakukan loby dan koordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan akhirnya dua bulan kemudian mendapatkan program pasca panen senilai 7.500.000 untuk pengadaan produksi olahan makanan.
- Desember 2017 juga mengajukan dua proposal sekaligus yaitu pengadaan bibit merica dari Dinas Pertanian dan Program KRPL dari Dinas Ketahanan Pangan untuk pengadaan rumah bibit, kebun bersama, olahan makanan pasca panen, dll. Pada bulan April ini program pengadaan bibit merica sudah turun sebanyak 2000 bibit cabe dan program KRPL senilai Rp. 50.000.000.
Banyak pengalaman kelompok perempuan di Desa Musuk Boyolali yang bisa menjadi pembelajaran bersama untuk membangun kemitraan dan dukungan dari berbagai pihak dalam konteks pemberdayaan ekonomi melalui pengelolaan potensi pertanian, peternakan dan keuangan mikro lainnya. Kelompok yang aktif dengan berbagai program dan kegiatannya menjadi sebuah indikator kelompok tersebut ada dan. Saat ini banyak kelompok di masyarakat yang muncul bahkan telah memiliki badan hukum. Tetapi sebenarnya banyak kelompok yang fiktif, atau hanya di bentuk karena kebutuhan mendapatkan program saja, “dari 10 program yang di turunkan kepada kelompok bisa berhasil dan berjalan baik di 5 kelompok saja sudah bersyukur mas, karena pernah punya pengalaman pahit, program yang di turunkan tidak ada yang bertahan sebelum satu tahun , malah kelompok –kelompok ibu ibu itu lo yang bagus dan punya kegiatan dan pencatatan yang baik “ demikian penuturan salah satu Kabid di salah satu OPD di Kabupaten Boyolali.
Hal ini bisa dijadikan ukuran bagaimana kelompok yang produktif, kreatif, tertib admnistrasi dan dokumentasi, serta memiliki ide kreatif yang unik dalam pelaksanaan program pasti akan mendapat peluang sinergi program dengan OPD. Harusnya menjadi refleksi bersama atas pemberdayaan yang dilakukan CSO di komunitas, agar hasil kerjanya lebih dapat terukur dan berkelanjutan, sehingga kelompok sudah menyiapkan sejak dini tentang konsep pemberdayaan yang mandiri dan berkelanjutan.
Noko Alee — CO Divisi SL SPEK-HAM