Caleg Perempuan Bukan Sekedar Pelengkap Menuju Kursi Kekuasaan
- 12
- Feb
“Peran Perempuan dalam Penentuan Kebijakan yang Berperspektif Gender“
Keberadaan Caleg perempuan pada bursa Pemilihan Umum April 2014, semakin semarak dan segar karena kenaikan jumlah kuota dari pemilu tahun 2009. Data dari KPU Surakarta, jumlah Caleg perempuan pada pemilu tahun 2009 sebanyak 3.910 orang atau 34,6%, dan pada bursa Caleg tahun 2014 sebanyak 2.434 orang atau 37,3% dari total Caleg. Bertambahnya jumlah Caleg perempuan ini diharapkan juga diimbangi dengan meningkatnya kualitas Caleg perempuan, sehingga peningkatan kuantitas para Caleg perempuan juga akan berbanding lurus dengan meningkatnya kualitas para Caleg perempuan di kota Surakarta.
Melihat geliat dan respon para Caleg perempuan di Kota Surakarta. Beberapa Caleg muncul dari komunitas mitra maupun jaringan, maka SPEK-HAM menyelenggarakan kegiatan sarasehan dengan judul “SARASEHAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PARLEMEN“ menuju Pemilu tahun 2014. Kegiatan ini dilaksanakan di kantor SPEK-HAM, pada tanggal 20 November 2013, dengan mengundang komunitas perempuan dari Kelurahan Joyosuran, Sriwedari, Kemlayan, Gilingan, Kestalan, serta beberapa mitra LSM di Surakarta. Selain itu, SPEK-HAM juga mengundang perwakilan dari Caleg dan Leg dari beberapa Partai Politik.
Sarasehan ini menghadirkan narasumber dari berbagai unsur, seperti : aktivis perempuan nasional Mira Diarsi, Indriati Suparno, KPU Surakarta, serta pengelola Komunitas Bloger, Blontang. Para narasumber menyampaikan informasi tentang situasi terkini menuju Pemilu 2014. KPU Surakarta yang diwakili Nurul Sutarti menyampaikan bahwa paradigma Pemilu tahun 2014 lebih terbuka , mekanisme kampanye juga lebih bervariasi melalui berbagai media kampanye selain rapat-rapat dan kampanye secara terbuka karena sudah ada aturan proses kampanye sampai pencoblosan dilakukan. Data terakir disampaikan bahwa 54% data pemilih tetap, 30 persennya sudah terpenuhi. Sedangkan bursa kursi yang akan diperebutkan pada penCalegan tahun 2014 sebanyak 45 kursi.
Dalam paparannya, Mira Diarsi menyampaikan catatan penting bagi para caleg perempuan Surakarta, Caleg perempuan harus mengingat kultur kewilayahan di mana kearifan lokal perlu menjadi strategi bagi para Caleg, khususnya kultur Jawa yang masih memegang kuat budaya menghargai, menghormati, ngajeni ( nguwongke ) terhadap konstituenya. Lebih lanjut, tugas para legislatif terpilih adalah membuat aturan dan kebijakan, bukan membuat program. Berbeda dengan Mira Diarsi, aktifis perempuan dari Surakarta, Indriati Suparno menyentil soal bagaimana para Caleg harus memahami Dapilnya, bagaimana Caleg memiliki kemampuan loby dan bekerja berjaringan, serta membangun strategi yang tepat setelah terlebih dahulu memahami issue dan konstituen di Dapilnya. Blontang yang selama ini dikenal sebagai pengelola Komunitas Bloger juga memberikan startegi, bahwa Caleg harus benar-benar menguasai kontituenya di Dapil masing-masing dengan melibatkan orang lain yang direkrut menjadi relawan untuk melakukan assessment dan belanja masalah, sehingga akan diperoleh kedekatan yang baik dengan para konstituenya. Media sosial tidak akan berpengaruh banyak dibanding dengan pendekatan persuasif secara langsung di masyarakat.
Sarasehan ini membalut berbagai masukan dan juga sudut pandang para peserta dengan para Caleg, sehingga masing-masing akan bisa memberikan hak pilihnya, serta para caleg mampu menyusun strategi pencalonannya menuju kursi parlemen dengan lebih humanis, mengenali issue, dekat dan dicintai konstituenya. SPEK-HAM sebagai lembaga swadaya masyarakat berperan sebagai media dan fasilitator dalam mempertemukan berbagai kebutuhan dan kepentingan publik. (noko alee/spekham)