Diskusi SPEKHAM dan KP3A Bahas Tantangan Perdes Perlindungan Perempuan

FGD KP3A Desa Kuncen, Ceper, Klaten

Hal klasik dalam kerja-kerja pendampingan pada masyarakat adalah saat pergantian tampuk pimpinan sebagai pemangku kebijakan, misalnya kepala desa. Tantangan terbesar adalah membangun lagi pemahaman tentang pentingnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap anak. Demikian yang terjadi di Desa Kuncen, saat beberapa bulan lalu terpilih kadesa baru, Muryadi, rencana penyusunan perdes yang diusulkan oleh Kelompok Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (KP3A) Desa Kuncen Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten akhirnya mentah kembali.

Sujiyanto, ketua KP3A mengatakan bahwa beberapa pertemuan sebelumnya sudah ada sinyal bahwa Muryadi akan mendukung penerbitan perdes ini, namun kemudian ada tantangan dan hambatan, sehingga penerbitan perdes ditunda. Demikian yang menjadi latar belakang FGD yang diselenggarakan oleh KP3A di Balai Desa Kuncen, Jumat (25/10) tanpa kehadiran kades. Henrico Fajar dari SPEKHAM menyatakan ingin melihat tantangannya seperti apa, mengapa KP3A dengan usulan terbitnya perdes belum diterima oleh kades, apakah karena jumlah anggotanya yang sedikit? Fajar berharap anggota kelompok tidak pesimis. Ia berharap ke depan lebih bagus lagi.

Fitri Haryani di hadapan anggota KP3A

Fitri Haryani, juga dari SPEKHAm kemudian memetakan tantangan pemerintah desa yakni pertama adalah lawan politiknya, kedua belum ada rekonsiliasi, disinyalir ada pihak ketiga, terakhir adalah ada yang belum paham KP3A. Sedangkan rekomendasinya adalah pendekatan kepada kepala desa dan perangkat desa dan memahamkan kepada mereka bahwa keberadaan KP3A untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa. Yang butuh untuk segera dilakukan adalah menemui kepada desa dalam waktu selekasnya, serta pertemuan antara perangkat desa, SPEKHAM dan Kades serta masyarakat. Masyarakat di sini penting dilibatkan karena untuk sosialisasi keberadaan KP3A, sehingga memperoleh informasi yang benar dan  menerima keberadaannya. (red)