Hidup dengan status HIV (Positif), kenapa harus takut???

“Sulit untuk dipercaya kalau saya terkena HIV. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya merasa sangat tertekan dan khawatir sekali, kenapa saya bisa terkena penyakit seperti ini.”

Saya  tertular dari almarhum suami yang dulu pernah bekerja di Jakarta. Waktu masih hidup suami saya sering sakit, opname di rumah sakit tetapi tidak ditemukan penyakitnya. Sampai suatu saat saya membawa suami ke ibu Nyai/sejenis dukun di Magelang. Pada saat dibawa ke ibu Nyai, suami saya mengamuk. Kemudian saya membawa suami saya ke RSUD Pandan Arang Boyolali selama 3 hari dalam kondisi ngedrop. RSUD tidak bisa menangani penyakit suami saya, kemudian suami saya dirujuk ke Rumah Sakit Moewardi Solo. Pihak rumah sakit melakukan CT Scan dan setelah keluar dari CT Scan, suami saya koma dan akhirnya meninggal.

Cerita hidup saya tidak berhenti sampai di sini. Pada saat suami saya sakit, saya sendiri juga sakit, mengalami sariawan yang parah tapi tidak saya pedulikan. Rumah Sakit dr. Moewardi menyarankan saya untuk tes darah, tetapi saya belum sempat melakukannya karena lokasi Rumah Sakit yang jauh dan pada saat itu juga masih melakukan pengajian sampai 7 hari suami meninggal. Setelah selesai 7 harian, saya dibawa oleh keluarga ke RS Paru Aryo Wirawan Salatiga. Saya  mondok  selama 12 hari, dan pada waktu mondok ini barulah saya tahu terkait penyakit yang saya derita.

Kondisi kesehatan saya semakin menurun, tapi saya befikir saya harus sehat, berjuang demi anak-anak saya. Saya mengalami infeksi penyerta atau yang disebut infeksi oportunistik seperti batuk TBC dan juga sariawan. Pengobatan dan perawatan yang saya lakukan berhasil dengan baik. Saya sekarang merasa lebih sehat dan menjadi aktifis HIV AIDS.

Seorang kawan memperkenalkan saya dengan KDS Salatiga. Dari KDS ini saya mendapat suport dari teman-teman yang bernasib seperti saya. Saya mendapat dukungan dari konselor. Orang positif harus tetap berdaya. Saya mulai melakukan terapi obat, dan dari rumah sakit meminta untuk memeriksakan anak saya. Saya mempunyai 3 anak dan dari hasil pemeriksaan, anak saya yang paling kecil, yang pada saat itu berusia 4 tahun ternyata positif. Saat ini saya menikmati hidup saya dengan mengabdi di LSM Peduli HIV AIDS menjadi aktifis HIV AIDS.

Dituliskan oleh Atik Fatmawati (Community Organizer SPEK HAM for HIV AIDS) berdasarkan penuturan dari Ibu Rumah Tangga ODHA yang tergabung dalam Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Kabupaten Boyolali

photo : cirebontrust.com

spekham.org