Mahasiswa Magang, Eksistensi dan Perannya dalam Kelembagaan
- 25
- Oct
Senin (14/10) serah terima kembali sembilan mahasiswa magang Program Pengalaman Lapangan (PPL) dilakukan oleh SPEKHAM kepada dosen yang mewakili dari IAIN Surakarta. Kesembilan mahasiswa telah melakukan PPL Selama dua bulan dan terlibat secara aktif di berbagai divisi yang ada di SPEKHAM. Aktivitas tersebut baik pendampingan kepada komunitas, maupun berkunjung dan berkegiatan di Sanggar Kespro yang berada di Klaten Tengah, Juwiring dan Bayat. Dan mengikuti diskusi di kelompok penyintas kekerasan juga belajar program terkait HIV dan AIDS.
Para mahasiswa Fakultas Ushuludin dan Dakwah Jurusan Bimbingan Konseling Islam tersebut juga aktif dengan mencatat rekam proses, melakukan pendokumentasikan dan bentuk foto. Selain itu mereka mendapat pula pengetahuan dasar tentang menulis reportase.
Nur Puji Sekarrini mengatakan bahwa selama dua bulan di SPEKHAM, ia serasa bukan sebagai mahasiswa magang, yang biasanya di tempat PPL lain tugasnya membikin kopi, teh, memfotokopi, tetapi diajarkan memanusiakan manusia tanpa diskriminasi.
Selain Nur Puji, ada Maulida Larasati yang beranggapan bahwa ia tak hanya menanggapi realita kehidupan di lapangan, yang tak hanya cukup berbekal pikiran, namun juga dibutuhkan hati untuk mengerti dan memahami masyarakat. Seiring dengan Maulida, Wahyu NH berpendapat bahwa mengkaji psikososial yang terjadi di lapangan lebih menantang daripada sekadar mengkaji literasi.
Galih Novianto, Koordinator Biro Supporting System dan Fundrising di SPEKHAM menyatakan bahwa biasanya program PPL juga datang dari STT Jakarta, yang selalu mengirimkan dua mahasiswanya namun tahun ini kosong. Menurutnya, kalau dari IAIN, secara program, lebih aplikatif dibanding saat PPL di kantor pemerintah misalnya. Para mahasiswa PPL di SPEKHAM menurutnya lebih ke praktik lapangan dan mendapatkan ilmu perihal komunitas, ilmu baru yang menurut mahasiswa itu sangat inspiratif, dengan ikut FGD penyintas, datang ke sanggar kespro dan menemui berbagai macam persoalan di masyarakat.
Nila Ayu Puspaningrum, Manajer Divisi Sustainable Livelihood sekaligus pengurus Yayasan SPEKHAM juga berpendapat bahwa para mahasiswa PPL tersebut memiliki semangat belajar isu isu perempuan, mudah beradaptasi dengan lingkungan dan staf SPEKHAM. Mereka juga mampu melaksanakan tugas yang direkomendasikan di masing-masing divisi. Meskipun tugas tersebut jauh dari jurusan atau studi mereka, tapi mereka berusaha melakukan tugas dengan baik.
Nila Ayu berharap, pembelajaran yang sudah didapat dari SPEKHAM bisa dijadikan bekal ketika terjun ke masyarakat. Mereka banyak mendapat pengalaman bertemu langsung dengan masyarakat diharapkan bisa membangun perspektif mahasiswa terhadap situasi dan persoalan perempuan di Solo Raya. Apalagi kesembilan mahasiswa juga terlibat dalam aksi damai di DPRD bergabung bersama aliansi masyarakat Surakarta untuk mengusung segera disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (P-KS). Mereka bisa melakukan kajian-kajian misalnya isu gender untuk mendukung proses advokasi kebijakan yang pro perempuan,” pungkas Nila Ayu. (red)