Dr. Sundari : Pendidikan Kesehatan Reproduksi Penting Bagi Remaja

Dr. Sundari di depan para kader kesehatan peserta pertemuan dan FGD lintas komunitas

Dr. Sundari, Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam pertemuan dan diskusi lintas komunitas kader kesehatan yang dihelat oleh SPEK-HAM dan IPAS di Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terintegrasi (PEKERTi), Kamis (25/4) mengatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki masalah panjang dan yang mnejadi primadonanya adalahterkait usia produktif di Indonesia Emas 2030. Angka ini luar biasa dan di Kabupaten Klaten untuk pencegahan kematian ibu dan bayi telah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) sejak dini.

Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sedang menggarap secara serius remaja dengan melakukan komunikasi di sekolah dengan pemberian tablet tambah darah. Tak hanya itu, menurutnya, remaja harus diberi pendidikan kesehatan reproduksi sepenuhnya, tidak setengah-setengah. “Pengetahuan kesehatan reproduksi penting sekali dan harus dijelaskan dengan sejelas-jelasnya,”terang dr. Sundari. Tantangan untuk mencerdaskan itu banyak dilakukan oleh dinas kesehatan.

Terkait kasus-kasus yang menyangkut pernikahan dini/anak, menurut dr. Sundari menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat mulai dilakukan dan tidak tergantung hanya pada petugas kesehatan saja. “Saat ini sudah tidak relevan lagi melakukan Fogging di masyakarat. Terkait anggaran dana desa, misalnya, bisakah untuk dialokasikan pada pengelolaan khusus seperti untuk gizi buruk? Kami punya data dari Scan Pasific karena pengelolaan-pengelolaan bagi bayi gizi buruk ini penting dan jika diberi gizi pun , akan menolong,”terang dr. Sundari.

Beberapa program prioritas terkait kematian balita di Jawa Tengah yang angkanya cenderung menurun, dan juga terkait penyakit ISPA yang cenderung menurun, adalah tentang kematian ibu. Beberapa kasus terjadi misalnya aborsi yang tidak aman, pertolongan persalinan tidak oleh petugas kesehatan tidak terlatih, dan penyebab tidak langsung seperti Anemia. Penyakit caingan dan kegiatan gizi juga menjadi program priorotas dengan penyebab di luar jangkauan kesehatan terkait infrastruktur energi, transportasi, air bersih dan budaya.

“JIka ada kasus aborsi kita harus bisa melacak,”ungkap dr. Sundari. Biasanya ini terjadi di Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD). Dan yang diperlukan dalam mendampingi ibu dengan kasus aborsi adalah dengan melakukan konseling, mengenalkan alat kontrasepsi, sehingga kehamilan berikutnya benar-benar sehat. (red)