Manfaat Bank Sampah di Kestalan dan Kampung Sewu

Solo, SpekHAM.org – Sebagai bentuk komitmen Yayasan SPEK-HAM dalam memberdayakan kampung-kampung binaan, SPEK-HAM memilik program andalan berupa bank sampah. Program ini diprioritaskan bagi warga perempuan yang berdomisili asli di kampung-kampung binaan SPEK-HAM. Program bank sampah yang sudah berjalan tersebut di antaranya terdapat di kelompok Menur Kestalan 1, dan Kampung Sewu RW 8.

Pada Selasa (14/8) dua mahasiswa magang dari UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) bersama “Pakdhe” Soepadmin selaku Community Organizer Divisi Sustainble Livelihood SPEK-HAM mengadakan monitoring di dua tempat bank sampah tersebut. Monitoring ini selain bertujuan untuk mengontrol dan memantau  perkembangan bank sampah juga sebagai bentuk penyerapan aspirasi dari permasalahan yang terjadi di lapangan.

Di Kelompok Menur 1 Kestalan, bank sampah menjadi modal awal Kelompok Menur untuk menggagas pra-koperasi. Dari Pra-koperasi yang diawali oleh adanya bank sampah ini, Kelompok Menur 1 mulai mengadakan banyak inovasi yang salah satunya adalah dengan membuat parcel sembako setiap hari raya Idul Fitri tiba. Walaupun hanya beranggotakan 15 orang, dan yang aktif hanya 7 orang, Pra-koperasi dari bank sampah di Menur 1 tetap berjalan hingga hari ini.

Ketua kelompok Menur 1, Heny Paryani berharap dengan keberadaan bank sampah, anggotanya bisa mandiri, ada kegiatan serta tidak mudah terbelit hutang-hutang yang menyulitkan, ”Yang penting itu saya dan teman-teman, program ini setidaknya bisa membantu keuangan. Apalagi yang ikut program ini kebanyakan kan pedagan-pedagang kecil,” Ujar Heny pada Selasa (14/8)

Sedangkan di waktu yang sama, Ketua RW 8 Kampung Sewu Budi Cahyono yang juga koordinator Bank Sampah Kampung Sewu mengungkapkan banyak perbedaan yang terjadi sebelum dan setelah adanya program Bank Sampah, ”Bank sampah di sini itu baru berdiri di tahun 2016, dan sebelum itu ya ada-ada saja keluhan-keluhan ibu-ibu di sini,”.

Menurut Budi, setelah adanya bank sampah, sekarang beberapa tahun belakangan, ada mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) masuk di RW 8. Selain itu bagi perempuan-perempuan di RW 8, bank sampah dapat menjadi penghasilan tambahan dan menambah kegiatan-kegiatan produktif bagi mereka, ”Setidaknya ini bagi ibi-ibu bisa jadi tambahan buat jajan, sangu, atau bayar listrik. Jadi tidak hanya bergantung sama yang laki-laki tok,” Ucap Budi, Selasa (14/8).

 

Budi juga mengatakan sebenarnya banyak kendala yang dialami oleh warga RW 8 dalam mengelola bank sampah. Jadwal untuk mengumpulkan sebenarnya sudah tetap, sebulan sekali, di minggu ketiga. Namun sayang, tetap saja ada kendala pertemuan bagi kelompok yang diisi oleh 20 orang anggota itu. Bagi Budi, kendala itu tidak jadi masalah, yang terpenting bank sampah ini konsisten, ”Yang penting itu tetap berkesinambungan dan konsisten,” Tukasnya.

Taufik Nandito

Mahasiswa Magang UMS