Peran Perempuan dalam Pengelolaan Ternak di Musuk Boyolali (bagian 2)
- 06
- May
Nama saya Sri Surani, sering dipanggil Mbak Rani. Saya perempuan berusia 41 tahun, tinggal dengan suami dan satu anak di Dukuh Tawangrejo, Desa Musuk, Kabupaten Boyolali. Saya bergabung dan belajar bersama dengan perempuan-perempuan dalam kelompok perempuan Rukun Makmur. Sudah sekitar 1 tahun lebih 5 bulan saya menjadi ketua Kelompok Rukun Makmur Desa Musuk.
Anggota kami berjumlah 15 orang perempuan dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda, ada peternak kambing, peternak sapi, ibu rumah tangga, petani, buruh pabrik, dan pedangan. Tujuan dari kelompok ini adalah supaya perempuan dapat saling mendukung untuk menuju sebuah kesejahteraan atau kemakmuran bersama.
Pada awalnya kami merintis kelompok dengan melakukan diskusi-diskusi tentang persoalan perempuan sehari-hari dan juga tentang situasi wilayah, misalnya pengalaman pada saat bencana erupsi Merapi 2010, terutama tentang persoalan hujan abu yang masih sering terjadi. Selain sharing dan berbagi pengalaman, kami juga mendapatkan informasi dan penguatan dari pihak lain (Caleg DPR RI, NGO) dimana banyak mendikusikan tentang potensi di bidang pengelolaan pertanian dan juga peternakan.
Sejak bulan Februari 2013, kami mendapatkan pendampingan dari SPEK-HAM (Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia). Kami diajak ngobrol tentang kegiatan sehari-hari, aktifitas perempuan, aktifitas kampung. Di desa kami, pekerjaan sehari-hari masyarakatnya adalah bertani dan memelihara ternak. Sebagai upaya peningkatan ketrampilan, kami beberapa kali mendapatkan pelatihan seperti pembuatan pakan ternak dengan pemberian obat/mikroba, yang istilah dalam peternakan adalah fermentasi. Prosesnya dimulai dari pengumpulan bahan, mencacah daun kering dan juga melakukan fermentasi.
Ada pengalaman yang menarik saat awal pemberian pakan fermentasi pada ternak kambing, hati saya berdebar-debar dan was-was, apa kambing doyan diberi makanan seperti kotoran sapi yang baunya seperti ciu? Sedikit demi sedikit kambing-kambing saya mau makan, dan selama tiga hari kambing-kambing sudah mulai terbiasa (beradaptasi) dengan jenis pakan tersebut dan pakan hijauan kami hilangkan sama sekali. Namun kami juga masih khawatir, apa kambing-kambing itu bisa kenyang dengan makanan seperti ini? Setelah satu minggu, ternyata kambing lebih tenang. Makanan biasanya kami berikan sehari tiga kali, yaitu pagi sekitar jam 10.00, siang sekitar jam 13.00 dan sore sekitar jam 16.00.
Pada bulan Maret 2013, kelompok saya mendapatkan dana pinjaman (bergulir) dari SPEK-HAM sebesar Rp. 10.000.000,- untuk pemberdayaan ekonomi perempuan. Hasil perputarannya, oleh SPEK-HAM akan digunakan untuk mendukung program-program penanganan kekerasan terhadap perempuan. Dana pinjaman tersebut kami kelola menjadi kegiatan ternak kambing sebanyak 10 ekor. Tahapan yang kami lakukan mulai dari persiapan seperti : perbaikan kandang, pembuatan pakan fermentasi dan pembelian kambing. Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan kami, memelihara ternak kambing secara bergotong royong (ada yang mencari rumput, mencacah rumput, membuat pakan fermentasi). Tidak lupa kami mencatat setiap ada transaksi terkait penjualan dan pembelian kambing, sehingga ada dokumentasi hasil/keuntungan yang didapat.
Selama kurun waktu 4 bulan, kami mulai merasa mendapat pembelajaran bersama. Kami bertemu dengan situasi dimana kami harus bertanggung jawab terhadap SPEK-HAM, namun disisi lain, kelompok kami juga belum kuat dan solid sehingga kami harus melakukan reorganisasi. Hal tersebut harus kami lakukan agar kelompok kami bisa berlanjut dan maju. Bulan Maret 2014 merupakan waktu dimana kontrak kesepakatan kelompok Rukun Makmur dengan SPEK-HAM harus selesai. Kelompok menjual hasil ternak yang dibelikan di tiga bulan terakhir, dilanjutkan dengan pertemuan evaluasi untuk melihat bagaimana proses dan capaian dari kegiatan yang kami lakukan, apa bermanfaat dan bagaimana keberlanjutanya.
Apa hasil yang kami dapatkan selama 1 tahun berproses dalam pengelolaan ternak kambing kelompok? Kami sudah mendapatkan hasil dari jasa menggaduh kambing, dan kami membaginya sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya : 65% penggaduh, 35% SPEK-HAM dan 10% dari prosentase penggaduh masuk dalam kas kelompok. Sepanjang periode kemitraan dengan SPEK-HAM, kelompok kami telah membeli dan menjual ternak sebanyak dua kali. Keuntungan yang menjadi hak kelompok sebesar Rp. 630.000,- yang kemudian ditambah dengan uang dari swadaya anggota, dibelikan satu ekor kambing betina yang akan digaduh di salah satu anggota selama 1 tahun, selanjutnya diputar ke anggota yang lain.
Berkaca dari proses, selama ini kami secara pribadi maupun mewakili anggota yang lain merasakan manfaat dari kegiatan berkelompok ini, bukan hanya sekedar rupiah yang kami rasakan tetapi semangat belajar dari anggota. Kebersamaan yang masih ada di kelompok kami, meskipun kedepan masih perlu di tingkatkan di kelompok “ Rukun Makmur”. (sri surani & yuliati/editor : nila/spekham)