Urgensi Didirikannya Sanggar Kespro

Rahayu Purwaningsih, Direktur SPEK-HAM saat memberikan sambutan atas peresmian Sanggar SPEKTA di Kelurahan Tonggalan Kecamatan Klaten Tengah

Menyikapi latar belakang tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan, baik pada masyarakat yang sudah menikah maupun belum, maka lahirlah Sanggar SPEKTA, salah satunya yang diresmikan di Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah beberapa waktu lalu atas kerja sama para kader kespro setempat dampingan SPEK-HAM dan IPAS dalam program PEKERTi.

SPEK-HAM sejak tahun 2013 telah melakukan kerja sama dan pendampingan di wilayah Klaten dengan isu HIV-AIDS, kemudian pasca gempa Yogya melakukan pendampingan juga di Desa Pacing, Terutama untuk program intervensi kespro saat ini di antaranya adalah Kecamatana Klaten Tengah, Juwiring, dan Bayat.

Beberapa fakta di lapangan ditemukan adanya angka yang cukup tinggi yakni 30 ribu untuk permohonan dispensasi pernikahan. Dari data koalisi perempuan Indonesia yang dikabulkan oleh Pengadilan Agama (PA) adalah di angka 2000. Berarti saat ini ada 30 ribu anak-anak di Jawa Tengah mengalami kehamilan yang tidak diinginkan atau pernikahan anak. Hal ini menjadikan bahwa akses informasi menjadi hal yang memprihatinkan.

Sedangkan di Klaten sendiri, angka yang merujuk kepada remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan berjumlash 125 anak. Dari angka tersebut yang sampai kepada layanan kesehatan adalah 77 anak. Sisanya tidak terdeteksi. Demikian dikatakan Rahayu Purwaningsih, direktur SPEK-HAM saat memberikan sambutan. T

Tahun 2017 angka yang tercatat di kehamilan yang tidak diinginkan sebesar 295, 126 di antaranya sampai pada layanan kehamilan. “Kita tidak bisa menutup mata melhat hal seperti ini, bahkan baru-baru ini ada remaja yang melahirkan bayinya sendiri tanpa pertolongan dari pihak paramedis,”terang Rahayu.Ta

Kehadiran Sanggar Kespro SPEKTA di Tonggalan Kecamatan Klaten Tengah mendapat apresiasi yang baik dari dr. Sundari dari Dinas Kesehatan Klaten. Ia prihatin dengan persoalan yang kemudian menjadi persolan kesehatan pada dinas kesehatan dan mengakui bahwa pihaknya tidak bisa bekerja sendiri di masyarakat.

Manajer program, Antonius Danang Wijayanto saat peresmian sanggar yang dihadiri oleh camat dan lurah setempat memaparkan bahwa program PEKERTi dengan mendirikan sanggar kespro adalah upaya membangun komitmen bersama sehingga beberapa pihak juga akan bergerak, memberi sumbangan pengetahuan baik berupa buku maupun lainnya, seperti komitmen dari PLKB dan Dinas Sosial Klaten yang akan memberikan sejumlah bantuan buku untuk sanggar. Beberapa usaha dilakukan juga misalnya ketika menemukan kasus segera dilaporkan kepada kasi camat setempat, yang menurut Danang ini sebuah sinergitas yang bagus. (red)