Pertemuan Multistakeholder Boyolali Terkait HIV dan AIDS : Membangun Komitmen Bersama
- 02
- Sep
Paparan data dari SPEK-HAM dalam bulan Januari – Juni 2019 cukup berhasil untuk penanggulangan HIV/AIDS. Dengan mencapai target penjangkauan 80% dengan target 3859, dan dengan pencapaian 3102. Tidak hanya tatap muka namum juga menggunakan media sosial dalam beinteraksi. Tim HCT yaitu 59% dengan target 2021 dan pencapaiannya 1188. Untuk selanjutnya data-data sebagai berikut :
a.) Capaian akumulatif Transgender (TG), dengan target jangkauan 142 dan capaiannya 155 (109%), untuk HIV Consulting Test (HCT) targetnya 74 dan jangkauannya 72 (97%), kemudian dari 72 target, yang positif terjangkit HIV adalah satu orang yang ditemukan di kota Salatiga. b.) Capaian akumulatif pengguna narkoba suntik (penasun), dengan target jangkauan 400, pencapaian 309 (77%), HCT target 208 pencapaianny 174 (84%), target 174 dengan 0 positif. c.) Capaian Man Sex Man Boyolali (MSM) Januari – Juli 2019, dengan target penjangkauan 1403 dengan pencapaian 1277 (91%), HCT dengan target 735 dan pecapaian 543 (74%), dan positif dengan target 543 ditemukan 10 positif (2%). d.) Capaian Transgender (TG) Boyolali Januari – Juni 2019, target jangkauan 52 pencapaian 57 (110%) HCT target 27 pencapaian 32 (119 %), positif dengan target 32 dan 0 positif (0%).
Untuk Cascade Januari – Juli 2019 Boyolali. Untuk MSM dengan 1277 jangkauan, 543 HCT, dan positif 10 orang, ARV 9 orang, dan non ARV 1 orang. Kemudian untuk Transgender dengan jangkauan 57, pencapaian 32, positif, ARV, dan Non ARV ditemukan 0.
Paparan di atas adalah data-data yang disampaikan oleh SPEK-HAM pada pertemuan multistakeholkder Kabupaten Boyolali, Selasa (27/8) di Front One Airport Hotel. Galih Novianto, pengelola program HIV dan AIDS dalam sambutannya memberi dukungan untuk penganggulangan HIV dan AIDS di Boyolali butuh kerjasama dan saling bersinergi dengan pejabat dinas di Boyolali untuk menuju three zero yaitu zero diskriminasi, zero infeksi baru dan zero kematian akibat penyakit HIV dan AIDS.
Sherly Jeanne Kilapong, dari Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Boyolali memaparkan materi tentang permasalahan mengenai HIV/AIDS di Kabupaten Boyolali. Dinkes sendiri memiliki target selain menyangkut MSM, yakni pemaparan layanan diperuntukkan bagi para pejabat yang datang pada saat acara. Puskesmas di Boyolali bisa melakukan pemeriksaan HIV yakni Puskesmas Simo, Puskesmas Musuk 1, dan Puskesmas Boyolali. Namun di Puskemas Ngemplak dan Banyudono I terganggu karena mutasi. Terkait Data Layanan Capaian layanan HCT 2019. MSM target 539 dan realisasi 30, kemudian waria targetnya 131 dan realisasi 1. Pasangan ODHA target 6539, realisasi 2, populasi umum dan lain-lain target 1592 realisasi 374, bumil di tes HIV target 11404 realisasi 2090, pasien TB target 944 realisasi 16.
Data mengenai kasus HIV AIDS 2005-2019 di setiap kecamatan, ditemukan kasus oleh petugas Kabupaten Boyolali, di Selo banyak sekali orang-orang yang bekerja di tempat pasir yang banyak mengidap HIV namun yang menjadi masalah belum diperiksa semua. Kemudian masalah yang lain karena banyak yang merantau di luar kota. Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Boyolali banyak teridentifikasi terkena HIV. Dengan presentasi jenis kelamin Laki-laki 63%, Perempuan 37 %. Sedangkan berdasarkan umur, pengidap HIV mayoritas berumur produktif. Kasus meninggal akibat penyakit HIV AIDS di prosentasekan sebanyak 14%, dan yang masih bertahan hidup sebanyak 86%.
Promosi Kesehatan dan Kaitannya dengan Implementasi Perda nomor 13 Tahun 2019
Sherly menambahkan bahwa terkait payung hukum, Kabupaten Boyolali memiliki Perda nomor 13 Tahun 2019 tentang Penanggulangan TBC dan HIV dan AIDS terutama di Pasal 19. Beberapa program terkait promosi diantaranya adalah menyediakan media informasi yang bermutu memadai dan mudah diakses masyarakat dan yang menjadi sasaran adalah anak berusia 15-24 tahun, calon pengantin, Ibu Hamil (Bumil), Orang dengan HIV dan AIDS, dan penderita Hepatitis. Terkait dengan populasi kunci yang sampai saat ini targetnya belum diketahui, serta langsung kepada pekerja pabrik dan ibu rumah tangga, pelanggan seks sesama atau MSM, serta warga binaan Lapas.
Beberapa promosi kesehatan dilakukan dengan kepedulian remaja di sekolah-sekolah, pemeriksaan antenatal, pada pengguna NAPZA, dan pada lembaga pendidikan seperti yang dilakukan dinas pendidikan dan kebudayaan serta kementerian agama. Materi terkait HIV dan AIDS dimasukkan dalam pendidikan agama, dan masuk dalam muatan lokal atau atau ditambahkan di kurikulum sekolah.
Pencegahan penularan HIV secara non seksual diberikan pada pola hidup aman dan tidak beresiko. Hubungan seksual dengan menggunakan alat kontrasepsi, serta dari ibu melalui plasenta, jarum suntik yang tidak steril, pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual, menggunakan alat kontrasepsi dan jangan lupa memeriksa status HIV. Pencegahan pada perusahaan dan instansi pemerintahan dengan melakukan konseling dan edukasi mengenai HIV dan AIDS pada karyawan, antisipasi dengan program-program yang ada untuk melakukan sosialisasi tentang penyakit-penyakit menular dan berbahaya, serta menghimpun CSR untuk pengendalian dan pemberantasan HIV dan yang terpenting adalah melarang mem-PHK karyawan yang terpapar HIV.
Tes inisiatif juga dilakukan pada pasien TBC Wajib diperiksa status HIVdan AIDS. Sebaliknya, pasien positif HIV harus melakukan tes TBC, demikian juga kepada pengidap penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), ibu hamil, pasangan yang akan menikah, pada gizi buruk, dan gejala-gejala lain. Bahkan penyakit dompo yang sering terjadi pada Ibu Rumah Tangga serta penderita diare pernah ditemukan positif HIV. Inisiasi pemeriksaan juga mengarah kepada paramedis dan petugas medis secara berkala. (mhswa mgg/red)