SPEK-HAM Paparkan Best Practice dalam Program Penjangkauan HIV dan AIDS

Pertemuan Stakeholder Kabupaten Sukoharjo

Berliana, staf dari SPEK-HAM memaparkan hasil kerja Sub Sub Recipient (SSR) SPEK-HAM dari bulan Januari -Juni 2019 dan menyatakan bahwa pada Male Sex Male (MSM) dan Transgender (TG) di Sukoharjo menduduki peringkat yang cukup tinggi serta banyak yang mengidap HIV dan AIDS. Selain itu juga dijelaskan mengenai Best Practice dari bagian SSR SPEK-HAM yaitu dalam penanggulangan yang sudah cukup baik, sinkronasi data baik, kinerja layanan yang sangat bagus, dan untuk klien yang jauh sekarang sudah dapat terjangkau dengan terpetakannya Petugas Lapangan (PL), dan strategi yang sekarang dilakukan melalui Virtual Outreach (VO) atau lewat online cukup efektif. Paparan data tersebut tercuat dalam diskusi dan pertemuan multistakeholder Kabupaten Sukoharjo, Rabu (28/8).

Bejo Raharjo, dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo memaparkan tentang analisa situasi program TB dan HIV dengan situasi layanan yang selama ini ada di Sukoharjo. Pemaparan dari Dinas Kesehatan oleh Bejo Raharjo mengenai analisa situasi program TB / HIV. Program dan layanan kesehatan guna mendukung dalam penanggulangan HIV yang telah ada di kabupaten Sukoharjo, yaitu 18 HIV service, 17 TB HIV, 2 TMC (tes cepat monokuler), 12 Satelit TB kebal obat (MDR), 4 PDP (perawatan dan pengobatan).

Target Rencana Aksi Nasional (RAN) TB dan HIV memiliki beberapa tujuan yaitu membentuk dan memperkuat mekanisme kolaborasi TB HIV, menurunkan beban TB  pada pasien ODHA dan inisasi pemberian ARV dini, menurunkan beban HIV pada pasien TB yang artinya penderita TB akan mendapatakan tes HIV. Dinas Kesehatan juga menyebutkan beberapa kesulitan yang dialami dalam penanggulangan HIV di Sukoharjo yaitu kesulitan dalam mencari pasien/orang dengan HIV yang mau berpartisipasi untuk menjadi relawan setelah sembuh. Selain itu juga menjelaskan bahwa belum semua penderita TB di Sukoharjo mendapatkan screening HIV, dan baru ada 2 puskesmas yang melakukan screening TB dan HIV.

Pasien pengidap HIV di Sukoharjo masih banyak yang belum terdeteksi, kemungkinan terdapat 72,99% yang belum ketahuan. Yang terjangkit HIV pada kisaran umur 20-30 tahun, dan jika diulas lebih dalam mereka terjangkit pada usia muda yaitu sekitar 15 tahun. Mereka yang terjangkit paling banyak bekerja sebagai karyawan dan didominasi oleh laki-laki, sedangkan untuk mereka yang heteroseksual, adalah pelanggan Pekerja Seks (PS), dan lainnya tidak terlalu banyak yang terjangkit.

Di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo memiliki pasien terjangkit HIV dan yang paling banyak terdapat di Kecamatan Grogol, Kartasura, dan Mojolaban. Target yang akan dicapai terdapat pada ibu hamil (bumil) yang harus segera mendapatkan tes, selain itu pada Waria, PS, Penasun. “Pasien TB dan HIV juga masih menjadi PR untuk Dinas Kesehatan,”ujar Bejo Raharjo. Kabupaten Sukoharjo telah mencapai target sekitar 89% atau berhasil menangani kasus sebanyak 425 menggunakan sistem DOT.

Dinas Kesehatan juga memaparkan masalah yang sekarang dialami diantaranya : pemeriksaan yang dilakukan pada komunitas dan tempat yang berisiko belum optimal (baru terjangkau 1 SPA dan 2 tempat karaoke), pemeriksaan VCT masih rendah pada komunitas, capaian pada penasun masih kurang karena Petugas Lapangan (PL) sering ganti, kurangnya pengetahuan HIV dan AIDS yang komperhensif pada anak usia 15-24 tahun, kepatuhan petugas layanan perlu ditingkatkan dan rendahnya angka kepatuhan pengobatan pada pasien HIV dan AIDS.

Penjangkauan Sampai Tempat SPA dan Karaoke

SPA Niagara sudah rutin melakukan pemeriksaan, selain itu juga ada Karaoke Bima, Inul, Melly Guslow. Terbaru mereka melakukan pemeriksaan sebanyak dua kali, Gema dan Es Club baru melakukan sekali pemeriksaan. Dan sekarang untuk dinas pariwisata sedang menggalakkan pemberian informasi serta menghimbau untuk tempat hiburan malam melakukan pemeriksaan.

Dinas Pendidikan untuk anak usia 15-20 yang berada di tingkat SMA sudah tidak menjadi wewenang dinas pendidikan Sukoharjo karena sudah ditangani oleh pihak Provinsi. Dan untuk anak sekolah di Sukoharjo sendiri belum memiliki program untuk melakukan pengecekan HIV.

Dari Satpol PP, tempat kos masih belum dapat terjangkau pemeriksa an. “Dulu sudah pernah dilakukan operasi dan dalam sekali operasi dapat menjaring 10 pasangan. Eduksi yang dilakukan hanya sebatas gertakan dan sosialisasi agar tidak mengulangi dan terjadi efek jera terhadap pelaku.

Dr. Romdon dari Dinas Kesehatan memaparkan bahwa banyak terdapat tempat mangkal Kunci yang belum bisa terjangkau. Layanan kesehatan penyuluhan Kespro kepada usia yang mudah terjangkit HIV juga telah dilakukan. Terkait hal tersebut perwakilan Puskesmas Kartasura menyatakan bahwa banyak sekolah yang diajak untuk kerjasama namun belum ada tindakan serius. Dan saat pemberian sosialisasi hanya anak yang alim dan pintar yang datang untuk mendengarkan sosialisasi, padahal target sasarannya adalah anak yang dianggap nakal.

Pertemuan Stakeholder Kabupaten Sukoharjo

Dinas Kesehatan juga pernah menemukan pasien yang terjangkit penyakit  Sipilis di area remaja (anak sekolah) namun menolak untuk melakukan pemeriksaan dan langsung dirujuk ke dokter spesialis.Banyak tempat yang belum terjangkau seperti terminal lama, SMA dengan program khusus, dan Pabrik-pabrik.

Sedangkan Puskesmas Baki pada tahun 2018 banyak menemukan kasus HIV, salah satu yang terjangkit adalah 2 orang Bumil dan 1 suami. Di desa Jetis masih sulit untuk ditemui karena masyarakatnya gampang-gampang susah. Jika ada pengumuman tentang penanggulangan HIV banyak yang tidak datang, dan saat turun ke lapangan juga banyak yang kabur. (mhsswa mgg/red)