SEREH WANGI, SI RIMBUN PENINGKAT EKONOMI PETANI
- 29
- Apr
Desa Buara dan desa tetangganya, Karangbandung merupakan 2 desa yang terletak di Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Untuk sampai ke dua desa tersebut harus melewati jalan berbatu dan berlobang. Jaraknya lumayan jauh dari pusat kabupaten, sekitar 30 km atau membutuhkan waktu hampir 1 jam perjalanan. Memasuki desa, kita disuguhi pemandangan bukit-bukit kecil yang hijau serta hamparan lahan yang sangat luas namun tandus dan gersang dikala musim kemarau. Ya, desa ini merupakan desa yang kering dan hanya bergantung pada air hujan.
Satu tahun yang lalu, sebelum adanya program pemberdayaan dari SPEK-HAM (Solidaritas Perempuan untuk Kemanusian dan Hak Asasi Manusia), Buara dan Karangbandung memiliki lahan *mangkrak yang tidak termanfaatkan. Ketidaktahuan petani dan pemerintah desa untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif merupakan kendala utama. Selain itu, akses yang sulit menuju lahan menjadi alasan warga tidak mengelolanya. Informasi tentang tanaman-tanaman yang dapat dibudidayakan di lahan tidak produktif dan jauh dari sumber air belum mereka ketahui, sehingga lahan yang luasnya lebih dari 10 ha hanya ditanami semak belukar dan komoditas dengan harga jual yang murah, misalnya seperti jagung.
Kemitraan SPEK-HAM dengan pemerintah kabupaten, pemerintah desa, dan masyarakat menjadi angin segar untuk peningkatan perekonomian petani di Brebes, khususnya di desa Buara dan Karangbandung. Petani di Buara dulunya hanya mengandalkan jagung sebagai komoditas utama mulai melirik sereh wangi sebagai tanaman yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian mereka, begitupun para petani di Karangbandung. Sereh wangi merupakan komoditas yang dipilih karena mudah dalam pemeliharaanya, cocok dengan iklim di Brebes, tahan terhadap cuaca panas, yang paling penting adalah tidak membutuhkan banyak air, cukup pada saat musim hujan saja. Selain itu, sereh wangi yang dapat ditumpangsari dengan tanaman lain menambah nilai plus dimata para petani
Selain bertujuan untuk meningkatkan pedapatan petani, bertanam sereh wangi juga mengajak petani mulai menggemburkan lahan dengan pertanian organik. Lahan tandus yang ada diolah dengan kompos sehingga menghasilkan tanah subur yang siap tanam. Kompos yang digunakan pada awal penanaman selain untuk memperbaiki unsur tanah juga sebagai langkah lain agar para petani mulai memanfaatkan kotoran ternak yang mereka miliki. Perlu diketahui bahwa di kedua desa terdapat banyak kotoran ternak yang belum termanfaatkan, karena sikap ‘’malas’’ petani dalam mengolah kotoran menjadi kompos. SPEK-HAM pun menjadi agen perubahan mindset para petani dalam penggunaan kotoran ternak ini, sejak adanya pendampingan SPEK-HAM banyak petani yang sudah mulai beralih menggunakan kompos daripada pupuk kimia.
Pupuk kimia masih digunakan dalam budidaya sereh wangi namun dengan jumlah yang sangat kecil, dan diberikan hanya 6 bulan sekali sebagai penyeimbang dan pelengkap dari unsur-unsur N, P, K yang terkandung dalam kompos. Budidaya sereh wangi di Buara dan Karangbandung sudah dimulai sejak akhir Desember 2015 dengan pembibitan, kemudian setelah 3-4 bulan akan dilakukan pemindahan sereh-sereh tersebut ke lahan yang lebih luas guna dikembangkan. Pada akhir bulan April ini, direncanakan akan dilakukan pengembangan pada lahan seluas ± 40 ha di kedua desa. Setelah dikembangkan, dapat dilakukan pemanenan sereh wangi setelah bulan ke 6, selanjutnya dapat dipanen dengan jarak waktu 3 bulan sekali. Pemanenan sereh wangi dilakukan dengan cara membabat daunnya saja, kemudian daun dikeringkan lalu disuling. Minyak atsiri hasil sulingan inilah yang nantinya dijual, harga saat ini untuk 1 kg minyak atsiri sereh wangi dihargai 150 ribu. Tanaman ini mampu bertahan selama 20 tahun dengan kondisi tidak mmerlukan air yang banyak dan terus menerus. Ini menjadi salah satu kekuatan lain yang dimiliki sereh wangi, mengingat Buara dan Karangbandung adalah desa dengan sistem pertanian tadah hujan dan sangat sulit mendapatkan air ketika musim kemarau.
Dengan adanya budidaya tanaman ini, lahan yang dulunya gersang, tandus dan rimbun dengan semak belukar berganti menjadi lahan yang hijau layaknya permadani yang menghampar luas. Salah satu manfaat lain dari sereh wangi adalah dapat mencegah terjadinya longsor karena ikatan antar akar tanaman ini. Hal ini sangat menggembirakan, karena lahan di Buara dan Karangbandung yang biasa disebut dengan ‘’pasiran’’ adalah lahan dengan ancaman longsor tinggi.
Banyak manfaat sereh wangi untuk kehidupan. Dengan gerakan yang dilakukan petani di dua desa ini diharapkan petani-petani lain di Brebes dan sekitarnya lebih aware dengan keadaan sekitar dan mencari pemecahan yang bukan hanya menyelamatkan lingkungan namun juga dapat mendatangkan keuntungan yang menyejahterahkan kehidupan mereka. (Amalia Astuti – CO Divisi Sustainable Livelihood/spekham.org)
*mangkrak: terbengkalai