Biogas, Keluaran Bermanfaat dari IPAL Komunal
- 11
- Feb
Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Kondisi sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor – sektor pembangunan lainnya.
Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif dibanyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya daya saing maupun citra Kabupaten/Kota, hingga menurunnya perekonomian Kabupaten/Kota.
Penyebab buruknya kondisi sanitasi dikarenakan lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan.
Sejak adanya program pengadaan jambanisasi/pembuatan septic tank secara bersama, memberikan dampak berbeda di Desa Termulus, Kabupaten Kudus. Lingkungan Desa Termulus sebelum dibangun IPAL Komunal terlihat kumuh dan kotor, namun setelah adanya program pembangunan sarana sanitasi yang dibangun oleh USRI tahun 2013, lingkungan masyarakat sekitar menjadi tertata dan bersih.
Awalnya masyarakat Kesambi menolak dengan adanya pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Komunal di berbagai tempat di Desa Termulus, dengan alasan takut terkena dampak bau dari kotoran tinja, namun melalui sosialisasi pemahaman tentang manfaat IPAL dan keuntungannya kepada masyarakat Kesambi, akhirnya disepakati bangunan IPAL ditempatkan pada ujung desa, tepatnya di tengah jalan milik Desa.
Setelah terbangun IPAL dan masyarakat menyambungkan saluran pembuangan air limbah baik tinja maupun air limbah rumah tangga, masyarakat baru menyadari dan merasakan manfaat yang besar. Ada sebagian warga yang menyesal, pasalnya pada waktu pembangunan tidak ikut menyambung.
Syafiq salah satu warga mengatakan “Dulu masyarakat menolak, namun setelah mengetahui secara nyata manfaat IPAL, masyarakat berbondong-bondong menginginkan rumahnya ikut menyambung dan menyalurkan limbah dari kotoran manusia maupun limbah rumah tangga.”
Untuk pengelolaan dan perawatan, lanjut Syafiq “Hasil musyawarah semua masyarakat menyepakati adanya iuran setiap bulan sebanyak tujuh ribu rupiah. Hasil iuran tersebut digunakan untuk membayar jasa orang yang membersihkan IPAL, dengan nominal sebanyak seratus ribu. Orang tersebut membersihkan mulai dari rumah-rumah menuju saluran utama dengan kurung waktu setiap satu bulan sekali.”
Biogas
Setelah terbangun IPAL Komunal dan sambungan rumah yang mencapai 47 saluran rumah, kemudian tempat ipal komunal dimanfatkan untuk dibuat gas. Menurut Bambang selaku BKM Desa Kesambi mengatakan “Awalnya hanya untuk coba-coba, meneliti dibuat biogas. Setelah diketahui tempat IPAL komunal tersebut mengandung gas, akhirnya dibuatkan saluran sarana untuk dimanfaatkan memasak. Ketika ada pertemuan kelompok pemanfaat dan pengelola (KPP) di lokasi IPAL, biogas tersebut digunakan untuk masak-masak.
“Memang manfaat adanya IPAL Komunal itu banyak, selain buat saluran buangan limbah kotoran manusia dan limbah rumah tangga juga bisa menghasilkan biogas. Semua itu berasal dari kita, oleh kita dan untuk kita. Harapan kedepan, biogas ini bisa dikembangkan lebih baik lagi dan Pemerintah memberi support untuk pengembangan biogas ini”, harap Bambang di sela-sela waktunya istirahat. (Anam/spekham.org/dok photo : panoramio.com, mongabay.co.id)