Pembelajaran Pertanian Organik Bawang Merah yang Terdokumentasi
- 17
- Jul
“ Pertanian bawang merah ramah lingkungan, menjadi awal pembelajaran bagi petani Berkah Tani Desa Cluntang , Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali “
Lereng Merapi sebelah timur masih terlihat kokoh, menghijau dan hawa dingin hampir mendekati 20 derajad semakin menusuk tulang para penghuninya. Geliat semangat para penggerak pertanian di pagi hari terlihat ramai menyusuri jalan-jalan kecil desa, pematang ladang, jalan-jalan menuju bukit dengan membawa arit, tali pengikat. Pupuk kandang dipanggul oleh para lelaki. Di belakang berjalan para perempuan yang dengan semangat berjalan kaki dengan baju lengan panjang, sepatu boot, melangkah mantap menatap hamparan lahan pertanian. Di sanalah penghidupan dan kepulan asap dapur diharapkan, hasil-hasil petanian yang dihasilkan dari tangan, doa dan ucapan para perempuan.
Pada Maret 2019, melalui diskusi panjang oleh petani-petani yang tergabung dalam Kelompok Berkah Tani Dukuh Tutup, Desa Cluntang serta diperkuat para mentor Sekolah Tani Tri karya Manunggal dari Rt Jelog, Gondang Tutup yang terdiri dai 10 orang maka disepakati, diikrarkan untuk melakukan kegiatan pertanian ramah lingkungan. Sistem pertanian lebih aman untuk lingkungan, lebih sehat dan menyehatkan tanah. Dengan melakukan serangkaian perawatan dan teknik budi daya pertanian ramah lingkungan berarti mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Di awal-awal tidak mudah menjelaskan tentang konsep ini, tetapi dengan pertemuan-pertemuan, penguatan dari dinas-dinas terkait, maka komitmen itu disepakati dan dituangkan dalam catatan bahwa anggota akan menyediakan lahan pertanian untuk praktik pertanian ramah lingkungan ini
Dari kesepakatan bersama 21 anggota yang tergabung dalam mustahik kelompok Berkah Tani, mereka menyepakati menyiapkan tanah-tanah mereka yang berkisar 300m sampai 750 m untuk praktik budi daya bawang merah ramah lingkungan. Kegiatan pun dimulai dengan pembuatan pupuk secara bersama-sama, PGPR untuk penguat dan penyubur tanah dan juga penyiapan bibit bawang merah unggul. Setiap petani akan mendapatkan 80 kg benih, yang akan ditanam di lahan masing-masing sesuai dengan tahapannya. Tetapi untuk pembelajaran ada praktik kebun bersama di kebun Bapak Jumadi dengan tiga teknik bertani yaitu dengan media tanah, polybag dan mulsa.
Tahapan-tahapan pertanian sudah diterapkan oleh para petani, baik mulai penyiapan pupuk kandang, fermentasi, penyiapan lahan, penanaman bibit, perawatan yang terdiri dari penyemprotan, penyiangan rumput dan juga penghilangan parasit atau kutu jika tanaman diserang kabut. Semua anggota sudah mendapatkan pengetahuan yang sama, dan eksekusi selanjutnya terkembali pada kemampuan, komitmen dan juga niat masing-masing anggota, sehingga hasilnya membutuhkan 75 sampai 80 hari akan terlihat
Kegiatan pertanian ini juga dibutuhkan dokumentasi yang baik. Semua kegiatan dari awal sampai panen, diharapkan pencatatannya juga dilakukan secara rutin baik meliputi data awal mustahik, perawatan yang dilakukan, temuan atau pengalaman menarik, sehingga setiap berkala bisa di jadikan analisa. Para mentor sekolah tani dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 4 orang dengan melakukan monitoring di 7 sampai 8 mustahik sehingga perkembangan dari para mustahik tani ini bisa terdokumentasi dengn baik dalam bentuk catatan, foto maupun video.
Dalam kegiatan praktik pertanian ramah lingkungan ini juga tidak lepas dari peran para perempuan, istri maupun keluarga dari para mustahik. Mereka terlibat sejak menjadi peserta sekolah tani, praktik membuat pupuk, mempersiapkan lahan, merawat hingga panen tiba. Dari tangan-tangan peremuan serta doa-doa tulus keluarga praktik tanaman bawang merah inipun sampai tiba pada panen. Hari itu tepatnya pada saat idul fitri maupun setelah idul fitri, masing-masing petani mustahik melakukan panen di hari ke 75 maupun ke 80. Tentunya dengan alasan berbagai macam seperti kondisi bawang yang keburu diserang hama maupun serangan kera, atau dengan alasan kalau tanpa pupuk kimia maka diperlukan waktu lebih lama agar bawang merah lebih memiliki bobot.
Dari hasil pengalaman kami ada beberapa hal yang dicatat selama praktik ini dilakukan, antara lain penyiapan lahan yang tidak berbarengan berakibat pada hasil yang tidak sama karena terkait dengan bibit bawang merah yang tidak segera ditanam. Perawatan yang tidak kontinyu khususnya penyiangan rumput liar dan juga penyemprotan yang kurang konsisten antara petani satu dengan yang lain. Penyebab ketiga adalah perlakuan terhadap tanaman oleh beberapa petani, mereka yang intens setiap hari datang untuk melihat perkembangan tanaman tetapi ada beberapa petani yang kurang rutin. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh di luar desa berangkat pagi, pulang sore sehingga tanaman kurang terurus. Sedangka perempuan juga harus melihat dan merawat tanaman lainnya sehingga secara tenaga dan waktu tidak cukup.
Tetapi dari praktik yang berlangsung ini setidaknya ada pembelajaran baik dapat dirasakan dari hasil diskusi yang selama tiga bulan ini intens dilakukan. Pembelajaran untuk melakuka kegiatan pertanian dengan modal tidak hanya uang, lahan tetapi doa dan komitmen yang juga harus diucapkan. Yang kedua mereka belajar tentang bagaimana dalam kegiatan bertani harus di managemen dari modal, tenaga, pupuk, dihitung sehingga mereka bisa mengetahui untung dan rugi dalam bertani yang mengarah pada pertanian moderen. Ketiga adalah mereka memiliki pembelajaran bersama yang dihasilkan dari diskusi setiap tahapan bertani dan dilakukan analisa bersama. Analisa berguna sehingga ke depan bisa menjadi modul pembelajaran yang baik dan dari kegiatan ini setidaknya mereka juga punya hasil bawang yang lebih sehat.
Ke depan ini akan menjadi investasi kesehatan. Terkait hasil kiloan dari masing masing mustahik yang naik dari modal bibit 50 sampai 200 persen adalah bonus dari komitmen, kerja keras. Kegiatan ini tak lepas dari dukungan yang luar biasa dari SPEK-HAM selaku pendamping lapangan yang bermitra dengan BAZNAS melalui program Zakat Community Development (ZCD) yang akan menjadi pioneer petanian ramah lingkungan di Desa Cluntang. (noko alee)